HALAMAN PENGESAHAN
Nama :
Tumiran
NPM :
04131500046
Judul Makalah : Pengaruh Bahasa Daerah
Terhadap Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing Penulis
(…………………….) Tumiran
NIP.196701071991042002
NPM : 04131500046
KATA PENGANTAR
Berkat
rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan segala kemudahan sehingga
pembuat makalah dapat menyelesaikan makalah filsafat tentang logika dengan
mudah dan lancar.
Dan makalah ini diharapkan dapat menjadi media
informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai Pengaruh Bahasa Daerah
Terhadap Bahasa Indonesia
Pembuat
makalah telah berusaha menyajikan materi pada makalah ini dengan sebaik-baiknya,
tetapi kekurangan dan kesalahan pasti ada. Seperti kata pepatah “ tak ada
gading yang tak patah”. Semua yang ada dibumi ini tidak ada yang sempurna. Yang
sempurna itu adalah kesempurnaan itu sendiri. Atas dasar kenyataan tersebut,
saran dan kritik yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih baik,
sangat diharapkan dan diterima tim penyusun dengan tangan terbuka. Akhirnya,
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Amin
Lubuklinggau , November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KULIT SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… 1
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………. 2
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………. 3
ABSTRAK………………………………………………………………………… 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang………………………………………………… …. 5
B. Rumusan masalah…………………………………………………… 5
C. Tujuan penulisan…………………………………………………….. 6
BAB II LANDASAR
TEORI…………………………………………………… 7
BAB III PEMBAHASAN
A. Sejarah Bahasa Indonesia………………………………………....…. 8
B. Pengertian bahasa Daerah ……..………………………………….. 9
C. Pengaruh Bahasa Daerah
Terhadap Bahasa Indonesia………… 8
D. Cara Mencegah Campurnya Bahasa Indonesia
Dan Bahasa Daerah………………………………………….……… 11
Bab IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………… 12
B. Saran …………………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………… 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti
yang kita ketahui, banyak sekali bahasa daerah digunakan sebagai bahasa
berkomunikasi setiap harinya di masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan tidak
semua masyarakat memahami penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Masyarakat
merasa canggung menggunakan bahasa Indonesia yang baku di luar acara formal
atau resmi. Oleh karena itu, masyarakat lebih cenderung menggunakan bahasa
Indonesia yang telah terafiliasi oleh bahasa daerah, baik secara pengucapaan
maupun arti bahasa tersebut. Kebiasaan penggunaan bahasa daerah ini sedikit
banyak akan berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang merupakan
bahasa resmi negara Indonesia.
Bahasa
sangatlah berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan
era globalisasi yang makin maju maka tingkat bahasa juga sangat penting. Tapi
kita lihat sekarang ini bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan
dalam melakukan komunikasi satu sama lain. Fenomena ini sangat banyak kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari di kalangan orang tua,tapi yang lebih
parahnya lagi para remaja atau anak sekolah juga sudah mengikuti dialek-dialek
tersebut.
Makalah
dapat di jadikan sebagai sebuah pertimbangan agar tidak ada lagi pengguna
bahasa secara bersamaan dan perlu dapat
perhatian yang lebih serius dalam rangka membentuk remaja-remaja yang pandai
menggunakan bahasa yang sesuai dengan tata bahasa yang ada.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah bahasa Indonesia?
2. Apa pengertian dari bahasa daerah?
3. Bagaimana
pengaruh bahasa daerah terhadap
penggunaan bahasa
Indonesia?
4. Apa
tindakan yang harus dilakukan
untuk mencegah pnggunaan
bahasa
daerah
terhadap bahasa Indonesia?
C. Tujuan
Berikut
tujuan makalah ini :
1. Untuk menjelaskan sejarah bahasa
Indonesia.
2. Untuk
menjelaskan pengertian bahasa daerah.
3. Untuk mengetahui penggunaan bahasa daerah
terhadap penggunaan bahasa
Indonesia.
4. Untuk
mengetahui tindakan pencegahan penggunaan bahasa campuran
(bahasa daerah dan bahasa Indonesia).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai
berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagai
bahasa kerja.
Dari
sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah suatu varian bahasa Melayu.
Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19. Dalam
perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja
di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal
abad ke-20. Penamaan bahasa Indonesia diawali sejak dicanangkannya Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme
bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Selanjutnya
perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan
Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir
Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan
tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun
morfologi bahasa Indonesia.
Proses
ini menyebabkan berbedanya bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu
yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru,
baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun
dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia
bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia
menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di
Indonesia
sebagai bahasa ibu. Penutur bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi
sehari-hari (kolokial) dan mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau
bahasa ibunya. Meskipun demikian, bahasa Indonesia digunakan sangat luas di
perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat
resmi, dan berbagai forum publik lainnya,sehingga dapatlah dikatakan bahwa
bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia (Wilipedia, 2013)
B. Pengertian Bahasa Daerah
Bahasa
daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara
kebangsaan. Apakah itu pada suatu daerah kecil, negara bagian federal atau
provinsi, atau daerah yang lebih luas.
Dalam
rumusan Piagam Eropa untuk bahasa-bahasa regional atau minoritas (bahasa
daerah) adalah bahasa-bahasa yang secara tradisional digunakan dalam wilayah
suatu negara, oleh warga negara dari negara tersebut, yang secara numerik
membentuk kelompok yang lebih kecil dari populasi lainnya di negara tersebut (Wikipedia,
2013).
C. Pengaruh Penggunaan Bahasa Daerah Terhadap
Bahasa Indonesia
Keanekaragaman
budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan dan pengaruh terhadap bahasa yang
akan diperoleh seseorang pada tahapan berikutnya, khususnya bahasa formal atau
resmi yaitu bahasa Indonesia. Sebagai contoh, seorang anak memiliki ibu yang
berasal dari daerah Sekayu sedangkan ayahnya berasal dari daerah Pagaralam dan
keluarga ini hidup di lingkungan orang Palembang. Dalam mengucapkan sebuah kata
misalnya “mengapa”, sang ibu yang berasal dari Sekayu mengucapkannya ngape (e
dibaca kuat) sedangkan bapaknya yang dari Pagaralam mengucapkannya ngape (e
dibaca lemah) dan di lingkungannya kata “mengapa” diucapkan ngapo. Ketika sang
anak mulai bersekolah, ia mendapat seorang teman yang berasal dari Jawa dan
mengucapkan “mengapa” dengan ngopo. Hal ini dapat menimbulkan kebinggungan bagi
sang anak untuk memilih ucapan apa yang akan digunakan.
Akan
tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
merupakan keunikan tersendiri bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang
harus dilestarikan. Dengan keanekaragaman ini akan mencirikan Indonesia sebagai
negara yang kaya akan kebudayaannya. Berbedannya bahasa di tiap-tiap daerah
menandakan identitas dan ciri khas masing-masing daerah. Masyarakat yang
merantau ke ibukota Jakarta mungkin lebih senang berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa daerah dengan orang berasal dari daerah yang sama, salah
satunya dikarenakan agar menambah keakraban diantara mereka. Tidak jarang pula
orang mempelajari sedikit atau hanya bisa-bisaan untuk berbahasa daerah yang
tidak dikuasainya agar terjadi suasana yang lebih akrab. Beberapa kata dari
bahasa daerah juga diserap menjadi Bahasa Indonesia yang baku, antara lain kata
nyeri (Sunda) dan kiat (Minangkabau).
Dampak
penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia (Fajri Bahrul, 2013):
1. Dampak positif bahasa daerah.
a. Bahasa Indonesia memiliki banyak
kosakata.
b. Sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia.
c. Sebagai identitas dan ciri khas dari
suatu suku dan daerah.
d. Menimbulkan keakraban dalam
berkomunikasi.
2. Dampak Negatif:
a. Bahasa daerah yang satu sulit dipahami
oleh daerah lain.
b. Warga negara asing yang ingin belajar
bahasa Indonesia menjadi kesulitan karena terlalu banyak kosakata.
c. Masyarakat menjadi kurang paham dalam
menggunakan bahasa Indonesia yang baku karena sudah terbiasa menggunakan bahasa
daerah.
d. Dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Pada
bahasa-bahasa daerah di Indonesia juga terdapat beberapa kata yang sama dalam
tulisan dan pelafalan tetapi memiliki makna yang berbeda, berikut beberapa
contohnya:
1. Abang dalam bahasa Batak dan Jakarta
bermakna kakak.
Abang
dalam bahasa Jawa bermakna merah.
2. Mangga dalam bahasa Indonesia bermakna buah
mangga.
Mangga
dalam bahasa Sunda bermakna silakan.
3. Gedang dalam bahasa Sunda bermakna
pepaya.
Gedang
dalam bahasa Jawa bermakna pisang.
4. Cungur dalam bahasa Sunda bermakna
sejenis kikil.
Cungur
dalam bahasa Jawa bermakna hidung.
5. Jagong dalam bahasa Sunda bermakna
jagung.
Jagong
dalam bahasa Jawa bermakna duduk.
D. Cara Mencegah Campurnya Bahasa Indonesia
dan Bahasa Daerah
Melalui
beberapa contoh itu ternyata penggunaan bahasa daerah memiliki tafsiran yang
berbeda dengan bahasa lain. Jika hal tersebut digunakan dalam situasi formal
seperti seminar, lokakarya, simposium, proses belajar mengajar yang pesertanya
beragam daerahnya akan memiliki tafsiran makna yang beragam. Oleh karena itu, penggunaan
bahasa daerah haruslah pada waktu, tempat, situasi, dan kondisi yang tepat
(Fajri Bahrul, 2013).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Orang tua sangat berperan penting
dalam mendidik anak agar berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Bahasa daerah merupakan bahasa etnis
yang harus dijaga sebagai budaya yang menjadi pemersatu dalam etnis itu
sendiri, namun penggunaannya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta
tidak mempergunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan karena
dapat mengurangi maupun menambah makna dari kata yang di ucapkan dan juga
sangat berpengaruh terhadap etika berbahasa dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
3. Dengan penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, dapat meningkatkan wawasan pengetahuan siswa tentang
bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta segala
makna yang ada di dalamnya.
B. Saran
Dari
uraian pembahasan, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Diperlukan kesadaran dari pembaca agar
mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta beretika.
2. Hindari penggunaan bahasa daerah dan
bahasa Indonesia secara bersamaan karena dapat megurangi makna dari bahasa itu
sendiri dan juga agar suku lain tidak tersinggung akan bahasa daerah dari suku
yang satu dng adanya kata yang sama namun arti berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonoim.2013.”Wikipedia Bahasa Daerah”.
dalam http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa_daerah Diakses pada 20 Mei 2013
pukul 12.01.
Anonoim.2013.”Wikipedia Bahasa
Indonesia”. dalam http://id.m.wikipedia.org/wiki /Bahasa_Indonesia Diakses pada
20 Mei 2013 pukul 12.01.
Fajri,Bahrul.2013.”Pengaruh Bahasa
Daerah Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia”. Dalam
http://bahrulfajrih.blogspot.com/2013/01/pengaruh-bahasa-daerah-terhadap_9514.html
Diakses pada 20 Mei 2013 pukul 12.01.
J.
S Badudu. 1987. Pelik Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka
Prima
Yus
Rusyana. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung:
Diponegoro
Zuber
Usman. 1970. Bahasa Persatuan. Jakarta: Gunung Agung